Gelar Selamatan Hingga Baca Mantra KhususMeski mulai langka, atraksi kuda kicak masih bisa dijumpai di Situbondo. Kadang pada acara khitanan, pesta perkawinan, dan sebagainya. Tontonan yang menampilkan kemahiran atraksi kuda ini memang cukup mengasyikkan. Binatang berkaki empat itu ternyata juga bisa memberi hormat, bersimpuh, hingga berjoget.
Butuh keahlian khusus untuk bisa melatih seekor kuda. Bukan hanya sekadar dijinakkan saja, tapi juga membuat kuda seolah mengerti dengan perintah sang pawang. Di Situbondo, kemahiran melatih kuda kicak kini semakin langka. Tak banyak generasi muda yang tertarik menggeluti tradisi ini. Entah karena pengaruh zaman atau memang karena tingkat kesulitannya yang cukup menantang. Tidak heran, pawang kuda kicak yang bertahan pun kini sangat terbatas.
Salah satunya, adalah Sahri, warga Dusun Gedang, Desa Pesanggarahan, Kecamatan Jangkar. Hingga kini, pria 40 tahun itu memiliki dua ekor kuda kicak berkelamin jantan. Yang satu diberi nama Kancil Muda, satunya lagi berjuluk Bintang Timur. Saat ini, usia Kancil Muda sudah berjalan tiga tahunan, sementara Bintang Timur sudah memasuki usia 9 tahun. Dua ekor kuda itu dipelihara Sahri mulai sejak kecil. Bintang Timur dibelinya seharga Rp 9 juta, sedangkan Kancil Muda Rp 4 juta.
Wartawan koran ini menyempatkan bermain ke rumah Sahri di Desa Pesanggarahan, Jangkar. Saat memasuki halaman rumahnya, sayup-sayup sudah terdengar bunyi cambuk. Begitu didekati, ternyata Sahri sedang melatih dua ekor kudanya. Digiringnya kuda itu ke halaman rumah, secara bergantian. Setelah kuda yang satu memeragakan sejumlah atraksinya, giliran kuda satunya lagi melakukan hal serupa. “Kalau tidak ada job, ya begini ini. Kami terus melatihnya agar semakin lincah. Sekalian untuk pemanasan,” kata Sahri mengawali percakapannya dengan koran ini.
Tidak mudah melatih kuda kicak agar mahir melakukan atraksi. Sejak awal melatih dua ekor kudanya dulu, Sahri butuh waktu berbulan-bulan untuk bisa membuat kedua kudanya atraktif. Mulai gerakan memberi hormat dengan mengangkat kedua kaki depannya, lalu ditempelkan menjadi satu. Ada juga atraksi berjoget dengan kepala manggut-manggut. Hingga gerakan berputar dengan kaki belakang bersimpuh dan seabrek gerakan atraktif lainnya.
Untuk bisa membuat dua ekor kudanya itu jinak dan penurut, dibutuhkan tingkat kesabaran yang tinggi. Disamping, menunjukkan rasa sayang yang cukup. Bukan hanya dengan rutin memberinya makan dan minum saja. Hampir tiap malam, Sahri juga harus meluangkan waktunya untuk datang ke kandang kudanya. Selama di kandang itu, Sahri biasanya selalu mengelus-elus tubuh dua ekor kudanya, sebagai wujud rasa sayangnya. “Kuda itu mengerti kok. Kalau disayang, dia juga akan menyayangi pemiliknya,” ujarnya.
Sementara kemahiran atraksi, dua ekor kuda itu rutin dilatih setiap hari. Dengan berbekal tetabuhan, awalnya Sahri membantu kudanya untuk menggerakkan tubuhnya seperti yang dia kehendaki. Kapan harus mengangkat kaki, kapan harus bersimpuh dan kapan harus berjoget. Semua gerakan itu selalu ditandai dengan caranya menggerak-gerakkan cambuk. “Kalau cambuk saya gerakkan begini, maka dia harus begini, dan seterusnya,” paparnya.
Namun, bukan hanya dengan latihan saja untuk membuat seekor kuda bisa melakukan atraksi. Menurut Sahri, ada ritual khusus yang harus dilakukan seorang pawang kuda kicak. Ditegaskan, sebelum memulai latihan dirinya harus menggelar selamatan. Selamatan dimaksud di antaranya untuk mendoakan kudanya akan nurut dan patuh. Disamping, untuk memasukkan mantra khusus ke dalam cambuk. Karena itu, papar Sahri, satu cambuk biasanya hanya khusus untuk mengomando seekor kuda. “Cambuknya tidak boleh ganti-ganti. Satu kuda harus satu cambuk,” tandas Sahri.
Hampir tujuh tahun lamanya Sahri menghabiskan waktunya sebagai pawang kuda kicak. Profesi itu disebutnya sebagai profesi turunan dari bapaknya dulu. Tidak heran, jika kemahiran Sahri itu kini juga mulai turun kepada putranya, Koko Irawan. Remaja 20 tahun itu juga sudah beranjak pintar melatih kuda kicak. Ditanya tentang job, Sahri mengakui jika belakangan ini job kuda kicak mulai menurun. Biasanya, kuda kicak itu diundang untuk menghibur acara khitanan, pesta perkawinan, dan undangan lainnya.
Untuk satu kali beratraksi, bandrol hiburan kuda kicak ini dipatok Rp 500 ribu per ekor. Biaya sebesar itu, sebenarnya terbilang pas-pasan dengan biaya latih dan memelihara kuda kicak. Belum lagi, belanja pernak-pernik untuk hiasan si kuda kicak. “Tapi kami ini ingin melanggengkan tradisi orang tua. Makanya, sampai sekarang kami masih terus bertahan,” pungkasnya. (aif)