Berita Terbaru

Berita Terbaru

slide arek situbondo

Mesin Pencari

Selasa, 01 April 2008

SEJARAH SITUBONDO




SEJARAH SITUBONDO



ASAL USUL NAMA KABUPATEN SITUBONDO
Berdasarkan Legenda Pangeran Situbondo, nama Kabupaten Situbondo berasal dan narna Pangeran Situborido atau Pangeran Aryo Gajah Situbondo, dimana sepengetahuan masyarakat Situbondo bahwa Pangeran Situbondo tidak pernah menampakkan din, ha! tersebut dikarenakan keberadaannya di Kabupaten Situbondo kemungkinan sudah dalam keadaan meninggal-dunia akibat kekalahan pertarungannya dengan Joko Jumput, sehingga hanya ditandai dengan ditemukannya sebuah 'odheng' (ikat kepala).
Pangeran Situbondo yang ditemukan di wilayah Kelurahan Patokan dan sekarang dijadikan Ibukota Kabupaten Situbondo.Sedangkan menurut pemeo yang berkembang di masyarakat, arti kata SITUBONDO berasal dan kata : SITI = tanah dan BANDO = ikat , ha! tersebut dikaitkan dengan suatu keyakinan bahwa orang pendatang akan diikat untuk menetap di tanah Situbondo, kenjitaan mi mendekati kebenaran k banyak orang pendatang yang akhirnya menetap di Kabupaten Situbondo.

LEGENDA PANGERAN SITUBONDO
Pengeran Situbondo atau Pengeran Aryo Gajah Situbondo besaral dan Madura, pada suatu ketika dia ingin meminang Putni Adipati Suroboyo yang terkenal cantik, maka datanglah Pangeran Situbondo ke Surabaya untuk melamar Putri Adipati Suroboyo, naniun sayang keinginan Pangeran Situbondo sebenarnya ditolak oleh Adipati Suroboyo, akan tetapi penolakannya tidak secara terus-terang hanya diberi persyaratan untuk membábat hutan di sebelah Timur Surabaya, padahal persyaratan tersebut hanyalah suatu alasan yang maksudnya untuk mengulur-ulur waktu saja, sambil merencanakan siasat bagaimana caranya dapat menyingkirkan Pangeran Situbondo;Kesempatan Adipati Suroboyo menjalankan rencananya terbuka ketika keponakannya yang bernama Joko Taruno dan Kediri, karena rupanya Joko Taruno juga bermaksud menyunting putrinya, dan Adipati Suroboyo tidak keberatan namun dengan syarat Joko Taruno harus mengalahkan Pangeran Situbondo tenlebih dahulu. Terdorong. kejnginannya untuk menyunting sang putri, maka berangkatlah Joko Taruno ke hutan untuk menantang Pangeran Situbondo, namun sayang Joko Taruno kalah dalam pertarungan tetapi kekalahannya tidak sampai terbunuh, sehingga Joko Taruno masih sempat mengadakan sayembara bahwa "barang siapa bisa mengalahkan Pangeran Situbondo akan mendapatkan hadiah separuh kekayaannya".Mendengar sayembara tersebut datanglah Joko Jumput putra Mbok Rondo Prabankenco untuk mencobar maka ditantanglah Pangeran Situbondo oleh Joko Jumput, dan ternyata dalam pertarungan tersebut dimenangkan Joko Jumput, sedangkan Pangeran Situbondo tertendang jauh ke arah Timur hingga sampai di daerah Kabupaten Situbondo ditandai dengan ditemukannya sebuah 'odheng' (ikat kepala) Pangeran Situbondo, yang tepatnya ditemukan di wilayah Kelurahan Patokan yang sekanang menjadi Ibukota Kabupaten Situbondo.Selanjutnya kembali ke Surabaya dimana di hadapan Adipati Suroboyo kemenangan Joko Jumput atas Pangeran Situbondo diakui oleh Joko Taruno sebagai kemenangannya, narnun Adipati Suroboyo tidak begitu saja mempercayainya, maka untuk membuktikannya' disuruhlah keduanya bertarung untuk menentukan siapayang menjadi pemenang sesungguhnya. Akhirnya pada saat pertarungan terjadi Joko Taruno tertimpa kutukan menjadi patung "Joko Dolog" akibat kebohongannya.

SEJARAH KOTA SITUBONDO
Sejarah Kabupaten Situbondo tidak tenlepas dan sejarah Karesidenan Besuki, sehingga kita perlu mengkaji terlebih dahulu sejarah Karesidenan Besuki.Yang membabat Karesidenan Besuki pertama kali adalah Ki Pateh Abs (± th 1700) selanjutnya dipasrahkan kepada Tumenggung Joyo Lelono. Karena pada saat itu juga Belanda sudah menguasai Pulau Jawa (± th 1743) terutama di dáerah pesisir tennasuk pula Karesidenan Besuki dan dengan segala tipu-dayanya, maka pada akhirnya Tumenggung Joyo' Lebono tidak berdaya hingga Karesidenan Besuki dikuasai sepenuhnya oleh Belanda.Pada rnasanya (± th 1798) Pemerintahan Belanda pernah kekurangan keuangan untuk rnembiayai Pemerintahannya, sehingga Pulau Jawa pernah dikontrakkan kepada orang China, kemudian datanglah Raffles (± th 1811 - 1816) dan Inggris yang mengganti kekuasaan Belanda dan menebus Pulau Jawa, namun kekuasaan Inggris hanya bertahan beberapa tahun saja, selanjutnya Pulau Jawa di kuasai kembali o!eh Belanda, dan diangkatlah Raden Noto Kusumo putra dan Pangeran Sumenep Madura yang bergelar Raden Tumenggung Prawirodiningrat I (± th 1820) sebagai Residen Pertama Karesidenan Besuki.Da!am masa Pemerlntahan Kacten I I banyak membantu I-'emenntaii Belanda dalam membangun Kabupaten Situbondo, antara-lain Pembangunan Dam Air Pmtu Lima di Desa Kotakan Situbondot$etelah Raden Prawirodiningrat I meninggal-dunia sebagai penggantinya adalah kaden Prawirodiningrat II' (± th 1830). Dálam masa Pemerintahan Raden Prawirodiningrat II banyak menghasilkan karya yang cukup menonjol antara-lain berdirinya Pabrik Gula di Kabupaten Situbondo, dimulai dan PG. Demaas, PG. Wringinanorn, PG. Panji, dan PG. Olean, maka atas jasanya tersebut Pemerintah Belanda memberikan hadiah berupa "Kalung Emas Bandul Singa".Perlu diketahui pula pada masa Pemerintahan Raden Prawirodiningrat II wilayahnya hingga Kabupaten Probolinggo, terbukti salah seorang putranya yang bernama Raden Suringrono menj adi Bupati Probolinggo.Setelah Raden Prawirodiningrat II meninggal-dunia sebagai penggantinya adalah Raden Prawirodiningrat III (± th 1840). Tetapi dalam masa Pemerintahan Raden Prawirodiningrat III perkembangan Karesidenan Besuki kalah maju dibanding Kabupaten Situbondo, mungkin karena di Kabupaten Situbondo mempunyai beberapa pelabuhan yang cukup menunjang perkembangannya, yaitu antara-lain : Pelabuhan Panarukan, Kalbut dan Jangkar, sehingga pada akhimya pusat pemerintahan berpindah ke Kabupaten Situbondo dengan Raden Tumenggung Aryo Soeryo Dipoetro diangkat sebagai Bupati Pertama Kabupaten Situbondo, dan wilayah Karesidenan Besuki dibagi menjadi 2 yaitu: Besuki termasuk Suboh ke arah Barat hingga Banyuglugur ikut wilayah Kábupaten Bondowoso dan Miandingan ke arah Timur hingga Tapen ikut wilayah Kabupaten Situbondo, ha! mi terbukti dan logat bicara orang Besuki yang mirip dengan logat Bondowoso dan logat bicara orang Prajekan mirip dengan logat Situbondo.

PERUBAHAN NAMA KABUPATEN
Pada mulanya nama Kabupaten Situbondo adalah "Kabupaten Panarukan" dengan Ibukota Situbondo, sehingga dahulu pada masa Pemerintahan Belanda oleh Gubernur Jenchal Daendels (± th 1808 - 1811) yang membangun jalan dengan kerja paksa sepanjang pantai utara Pulau Jawa dikenal dengan sehutan "Jalan Anyer - Panarukan" atau lebih dikenal lagi "Jalan Daendels", kemudian seiring waktu berjalan barulah pada masa Pemerintahan Bupati Achmad Tahir (± th 1972) diubah menjadi Kabupaten Situbondo dengan Ibukota Situbondo, berdasankan Peratunan Pemerintah RI Nomor. 28 / 1972 tentang Perubahan Nama dan Pemindahan Tempat Kedudukan Pemerintah Daeráh
Perlu diketahui pula bahwa Kediaman Bupati Situbondo pada masa lalu belumlah berada di lingkungan Pendopo Kabupaten namun masih menempati rumah pribadinya, baru pada masa Pemerintahan Bupati Raden Aryo Poestoko Pranowo (± th 1900 - 1924), dia memperbaiki Pendopo Kabupaten sekaligus membangun Kediaman Bupati dan Paviliun Ajudan Bupati hingga sekarang mi, kemudian pada masa Pemerintahan Bupati Drs. H. Moh. Diaaman, Pemerintah Kabupaten Situbondo memperbaiki kembali Pendopo Kabupaten (± th 2002).





Sumber :
TIKMD (Teknologi Informasi Masyarakat Desa)
TELECENTER PASIR PUTIH
Jalan Raya Pasir Putih
Kecamatan Bungatan
Telp. 0338-39102

Indahnya Gunung Argopuro


KISAH PENDAKIAN
PEGUNUNGAN ARGOPURO
(Indahnya Pegunungan Argopuro)





Sabtu, 17 April 2005 Pada pukul 05.30 WIB kami bangun pagi lalu kami melakukan olahraga. Kemudian kami mulai persiapan untuk operasi. Pagi hari terasa sangat dingin untuk mandi, tapi setelah mandi badan terasa segar. Kami menyantap makanan yang telah disediakan Ibu Rt engan laukpauk seadanya. Setelah persiapan kami mulai berangkat untuk operasi pada pukul 08.00 WIB yang diberangkatkan Bpk Nasir. Tapi sebelumnya kami berdoa terlebih dahulu untuk keselamatan sampai tujuan dan selamat pulang kembali. Dalam perjalanan banyak kami lalui perkebunan kopi dan para penduduk yang sibuk melakukan aktivitasnya. Didaerah perkebunan tersebut kami mulai melakukan ormed untuk mengetahui posisi sebelum kami memasuki hutan. Setelah memasuki hutan hujan Tropis yang lebat dan lembab kami menghadapi jalan yang terjal dan panjang. Sering dalam perjalanan kami melihat banyak pohon-pohon yang besar dan berlumut di batang pohonnya. Setelah beberapa lama kami berjalan sampai pada tempat titik H0 yang berada pada areal Taman Hidup kami membagi tugas untuk mencari titik koordinat dimana kami mulai bergerak melakukan pendakian kepuncak,
Taman Hidup adalah sebuah danau yang luas juga indah yang dikelilingi lebatnya pohon serta padang rumput savana dan pegunungan yang menjadi tirainya. Keindahan alam yang tidak dapat diucapkan dengan kata-kata apalagi jika kita membawa pasangan kesana kita akan mendapatkan suasana yang sangat romantis Taman Hidup mempunyai mitos jika kita berteriak kabut akan datang menutupi danau, setelah kami mendapatkan titik H0 kami berfoto di dermaga kecil yang tedapat dipinggir danau melihat waktu yang sudah menjelang sore kami memutuskan untuk menginap untuk beristirahat di danau pada pukul 19.30 WIB kami melakukan evaluasi II sebelum kami BOBO coy capek.

Minggu, 18 April 2005 Pagi-pagi sekali kami bangun untuk mempersiapkan operasi dari titik awal (H0) sebelum kami melakukan operasi, kami olahraga terlebih dahulu agar fisik kami tidak kaget disaat kami menemui medan yang terjal setelah olahraga kami makan pagi (sarapan) dan sebagian dari kami packing agar tidak memakan waktu. Disela kami packing ada seekor tikus yang mencari makan pada sisa makanan yang telah kami makan anehnya tikus itu tidak takut jika diusik oleh kami, tepat pada pukul 08.00 WIB kami melakukan operasi setelah beberapa saat jalan kami berada diatas punggungan yang jalannya lurus panjang dan mendatar di kanan dan kiri kami terdapat ilalang dan pohon besar menjulang tinggi yang diselimuti lumut tebal serta kabut yang melintasi kami yang sedang berjalan. Kami juga melewati tempat yang mirip simpang kawah yang terdapat si Kawah Ratu dan banyak kotoron macan kumbang atau harimau jawa berada di jalan setapak kami lalui dan suara dengungan Lutung yang menyabut kami di pagi hari, jalur yang kami laului teoatnya melewati punggungan-punggungan bukit yang mengelilingi gunung Argopuro yang ditumbuhi rumput ilalang yang tinggi disetiap lintasan yang kami lalui dan yang curam di sebelah kiri kami. Setelah beberapa lama kami melakukan perjalanan kami istirahat tepat pada pukul 12.00 WIB di pinggiran punggungan yang ditumbuhi pohon- pohon Eidellwise yang terhampar dari mulai dasar lembah hingga puncak punggungan yang kami singgahi untuk istirahat, pada pukul 12.30 WIB kami melanjutkan operasi hari menjelang sore kami dan kabut pun mulai turun salah satu anggota kami kelelahan dan sudah kehilangan konsenterasi (paranoid) untuk memijakkan kakinya dan sering terjatuh dikarenakan track yang kami lewat sangat terjal. Kami paksakan tim untuk berjalan cepat untuk sampai pada camp II telah kami tetapkan dan akhirnya kami tiba pada tempat atau titik camp II pada pukul 16.30 WIB, sebelum kami membuka tenda kami di kerubungi serangga sejenis lalat dan sebelum kami istirahat (bobo) kami melakukan evaluasi III pada pukul 19.00 WIB.

Senin, 19 April 2005 Kami bangun jam 05.30 wib dengan kondisi sedikit agak fresh karena kami sudah cukup istirahat semalam, lalu kami mulai masak dan sebagian ada yang packing. Kami mulai operasi pendakian pada pukul 08.00 wib dan selama di perjalanan kami melihat hamparan pohon eidelweis yang luas sayangnya kami melakukan pendakian pada bulan yang belum waktunya bunga Eidelweiss mekar dan pada saat kami tiba di hamparan padang savana kami disambut oleh burung merak yang suaranya sangat keras serta lutung yang bergelentungan mengikuti kami berjalan pelan tapi pasti, setelah kami melewati padang savana kami berpapasan dengan pendaki lain berasal dari Surabaya dan Sulawesi mereka mendaki melalui jalur Baderan. Pukul 09.00 Wib kami tiba di Pos Cisentor yaitu pertemuan antara jalur Bremi dan Baderan disana terdapat mata air panas kecil banyak para pendaki tidak mengetahuinya, tiba di pos kami istirahat sejenak kami lalu kami melanjutkan operasi untuk menuju puncak Argopuro dan kembali lagi kami berjalan melewati padang savana dan melalui hutan pohon petecina yang tinggi menjulang serta berbaris dikanan dan kiri kami berjalanan seperti Kanopi yang melindungi kami dari teriknya panas matahari pukul Wib kami tiba di Rawa Embik yaitu pos terakhir unutk menuju ke puncak Argopuro disana kami membuka tenda untuk menaruh perlengkapan kami. Di Rawa Embik terdapat gua / batu besar yang konon menurut penduduk setempat mempunyai 7 warna kami berjalan dengan perlengkapan yang kami bawa hanya yang sangat penting dibawa untuk memudahkan kami melakukan pergerakan setelah beberapa kami berjalan naik turun melalui punggungan yang mengelilingi Gunung Argopuro, dari kejauhan kami melihat puncak Argopuro yang putih disebagian puncaknya. Pukul 14.00 Wib kami tiba di puncak pada saat kami ormed kami menemukan sebuah memoriam pendaki yang tewas pada tahun 1997 yaitu anak Mapala Perbanas Surabaya tidak jauh dari Puncak Rengganis yang dikelilingi pagar bebatuan seperti Benteng ditengah-tengah terdapat dua gundukan batu menyerupai kuburan. Di puncak Rengganis kami melihat pemandangan alam yang sangat indah kami berdiri seperti diatas gedung yang tinggi yang dikanan dan kiri kami jurang dari kejauhan terlihat gunung Semeru dan Bromo yang ditutupi kabut serta gunung yang mengelilingi gunung Argopuro, kami ormed kembali untuk mencari titik puncak Argopuro dari puncak Rengganis kami berjalan menanjak untuk mencapai titik puncak Argopuro yang sebenarnya. Setelah beberapa lama kami ormed kami menemukan titik puncak sebagai tujuan kami mendaki Gunung ini kami berfoto-foto untuk mengambil moment sebagai bukti bahwa kami telah sampai di puncak Argopuro, dan kami bergegas turun dikarenakan hari sudah menjelang sore Pukul 16.30 Wib kami tiba di Camp III yang sudah kami tetap sebelumnya dan istirahat karena hari sudah gelap. Pukul Wib kami Evaluasi IV melanjutkan kegiatan bebas malam hari (nyampe Puncak Coy..!!)



Sumber :
DINAMIKA JAYAKARTA
TIKMD (Teknologi Informasi Masyarakat Desa)
TELECENTER PASIR PUTIH
Jalan Raya Pasir PutihKecamatan Bungatan
Telp. 0338-39102

PANTAI WISATA PASIR PUTIH



PANTAI WISATA

PASIR PUTIH



A. Selayang Pandang
Pantai Pasir Putih di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, dikenal karena hamparan pasirnya yang putih. Tak hanya itu, morfologi pantai inipun terbilang unik. Topografinya yang melengkung menghadap ke laut dengan latar belakang hutan membentuk gugusan panorama yang sangat indah. Ke arah utara, wisatawan dapat melihat luasnya laut utara Jawa dengan garis putih di pinggir pantai. Di belakangnya, rimbunan hutan menyajikan kesejukan tersendiri.
Pasir Putih merupakan salah satu tujuan wisata pantai andalan bagi Provinsi Jawa Timur. Hal ini karena letaknya yang strategis, yaitu di pinggiran jalan utama Surabaya-Banyuwangi. Wisatawan yang ingin menuju ke Bali (dari Surabaya), atau menuju Gunung Bromo (dari Banyuwangi), biasanya mampir untuk beristirahat dan menyaksikan keindahan panorama yang disuguhkan, terutama menikmati eloknya matahari terbenam (sunset).

B. Keistimewaan
Berbagai macam olahraga laut seperti berenang, menyelam, maupun berselancar dapat dilakukan di pantai ini. Jika enggan berenang, pengunjung dapat menaiki perahu untuk berlayar dan menikmati pemandangan bawah laut. Beragam hiburan seperti konser musik dan bermacam lomba seperti lomba selancar, memancing, dan lomba perahu nelayan tradisional sering diadakan untuk memuaskan para wisatawan.
Selain itu, pada bulan Oktober para nelayan biasanya mengadakan upacara Petik Laut, yaitu melarung makanan, jajanan, dan kepala lembu ke tengah laut sebagai upaya memohon berkah hasil laut dari Tuhan. Pada upacara ini tak jarang diadakan pementasan musik ”Gandrung”, yaitu musik tradisional yang populer di daerah Banyuwangi dan sekitarnya.

C. Lokasi
Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

D. Akses
Jalur menuju Pantai Pasir Putih terbilang mudah karena posisinya di pinggir jalan utama Surabaya-Banyuwangi. Arena wisata pantai ini berjarak + 174 km dari Surabaya atau sekitar 4 jam perjalanan menggunakan bus (angkutan umum) dari terminal Bungurasih, Surabaya. Dari arah Situbondo, Pasir Putih berjarak + 21 km atau setengah jam perjalanan dari Kota Situbondo. Dari Ibu Kota Kabupaten ini, perjalanan menuju Pasir Putih dapat ditempuh dengan angkutan umum sepert bus dan minibus.

E. Harga Tiket
Tiap pengunjung dikenakan biaya tiket sebesar Rp 5.000 (Februari 2008).

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Untuk pengunjung yang belum mahir berenang, di sekitar lokasi pantai terdapat banyak penyewaan ban-pelampung untuk bermain-main di tengah laut. Wisatawan juga dapat menyewa perahu yang dilengkapi kota-kaca untuk menyaksikan pemandangan bawah laut. Pengelola wisata juga menyediakan fasilitas kamar mandi, musholla, dan beberapa tempat untuk beristirahat berupa bangku beton yang biasanya dekat dengan para penjaja makanan.
Di tempat ini juga tersedia kios-kios yang menjual souvenir seperti replika perahu serta hiasan dan aksesoris dari kerang. Bagi yang ingin menginap, di sekitar lokasi terdapat penginapan berupa hotel, motel, dan losmen. Tetapi kalau ingin berkemah, ada juga area khusus untuk berkemah.



Sumber :
TIKMD (Teknologi Informasi Masyarakat Desa)
TELECENTER PASIR PUTIH
Jalan Raya Pasir Putih
Kecamatan Bungatan
Telp. 0338-39102

TAMAN NASIONAL BALURAN


TAMAN NASIONAL BALURAN




PENDAHULUAN
Taman Nasional Baluran merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Hutan dan Pelestarian Alam Departemen Kehutanan.Ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomer: 279/Kpts-VI/1997 tanggal 25 Mei 1997 dan berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor: 51/Kpts/DJ-VI/1987 tanggal 12 Desember 1997, wilayah kerjanya meliputi kawasan Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo dan Cagar Alam/Taman Wisata Kawah Ijen.

SEJARAH TAMAN NASIONAL BALURAN
Upaya penunjukan kawasan Baluran menjadi Suaka Margasatwa telah dirintis oleh Kebun Raya Bogor sejak tahun 1928, rintisan tersebut didasarkan kepada usulan AH. LOEDEBOER yang menguasai daerah tersebut yang sebelumnya daerah ini sebagai lokasi perburuan.Tahun 1937 kawasan Baluran ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda Nomor: 9 tahun 1937 (Lembaran Negara No. 544 tahun 1937)Tujuan dijadikannya kawasan Baluran sebagai Suaka Margasatwa pada waktu itu adalah untuk melindungi berbagai jenis satwa langka dari kepunahan.Pada tahun 1980 bertepatan dengan hari Pengumuman Strategi Pelestarian Dunia, Suaka Margasatwa Baluran dideklarasikan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia sebagai Taman Nasional.

GAMBARAN UMUM
Taman Nasional Baluran dengan luas 25.000 Ha wilayah daratan dan 3.750 Ha wilayah perairan terletak di antara 114° 18' - 114° 27' Bujur Timur dan 7° 45' - 7° 57' Lintang Selatan. Daerah ini terletak di ujung Timur pulau Jawa. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Bajulmati dan sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Kelokoran.Iklimnya bertipe Monsoon yang dipengaruhi oleh angin Timur yang kering. Curah hujan berkisar antara 900 - 1600 mm/tahun, dengan bulan kering per tahun rata-rata 9 bulan. Antara bulan Agustus s/d Desember bertiup angin cukup kencang dari arah Selatan.Pada bagian tengah dari kawasan ini terdapat Gunung Baluran yang sudah tidak aktif lagi. Tinggi dinding kawahnya bervariasi antara 900 - 1.247 m, dan membatasi kaldera yang cukup luas.Kawasan perairan memiliki keanekaragaman hayati dan ekosistem perairan yang perlu dilestarikan guna mendukung strategi konservasi yaitu: - Perlindungan sistem penyangga kehidupan.- Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.- Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.Daerah perairan Taman Nasional Baluran sangat berpotensi guna dkembangkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

FLORA DAN FAUNA
Taman Nasional Baluran merupakan satu-satunya kawasan di Pulau Jawa yang memiliki padang savana alamiah. Luasnya ± 10.000 Ha atau sekitar 40% dari luas kawasan.Kawasan Baluran mempunyai ekosistem yang lengkap yaitu Hutan Mangrove, Hutan Pantai, Hutan Payau/Rawa, Hutan Savana dan Hutan Musim (dataran tinggi dan dataran rendah) Tumbuhan khas Baluran adalah pohon Widoro bekol (Zizyphus rotundifolia), tumbuhan lainnya dalam Asam (Tamarindus indica), Gadung (Dioscorea hispida), Pilang (Acacia leucophloea), Kemiri (Sterculia foetida), Gebang (Corypha utan), Talok (Grewia sp), Walikukun (Schoutenia ovata), Mimbo (Azadirachta indica), Kesambi (Schleicera oleosa), Lontar (Borassus sp) dan lain-lain.Di kawasan ini terdapat sekitar 155 jenis burung yang sudah langka antara lain Walet ekor jarum (Hirundapus caudacutus), mamalia besar yang merupakan satwa langka adalah Banteng (Bos javanicus) dan Ajag (Cuon alpinus), satwa lainnya yang terdapat di Baluran adalah Babi hutan (Sus sp), Kijang (Muntiacus muntjak), Rusa (Cervus timorensis), Macantutul/Kumbang (Felis pardus), Kerbau liar (Bubalus bubalis), Lutung (Presbytis cristata), Kera abu-abu (Macaca fascicularis), Burung Merak (Pavomuticus), Ayam hutan (Gallus sp), dan lain-lain.Selain terumbu karang dan ikan hias, daerah ini juga memiliki berbagai jenis Mollusca, Crustaceae, Echinodermata serta biota laut lainnya, sehingga kawasan ini mempunyai daya tarik sendiri.


Sumber :
TIKMD (Teknologi Informasi Masyarakat Desa)
TELECENTER PASIR PUTIH
Jalan Raya Pasir Putih
Kecamatan Bungatan

Telp. 0338-391024



Print