Berita Terbaru

Berita Terbaru

slide arek situbondo

Mesin Pencari

Kamis, 26 Februari 2009

Panarukan, kota pelabuhan tua yang terlupakan.


Panarukan, kota pelabuhan tua yang terlupakan.


Gubernur Jenderal Daendels memerintahkan dibangun sebuah jalan raya dari Anyer sampai Panarukan. Jalan tersebut kemudian disebut sebagai Jalan Raya Pos (De Groote Posweg) yang menelan korban ribuan jiwa. Masa silamnya Panarukan merupakan pelabuhan penting. Kota Panarukan abad ke-14 merupakan salah satu pangkalan penting bagi kerajaan Majapahit. Tak kurang Sultan Trenggana dan Raja Pasuruan serta pasukan Majapahit bergantian menyerbu Panarukan untuk menguasainya. Sampai tahun 80-an pelabuhan ini masih berfungsi sebagai pelabuhan ekspor produk tembakau ke Bremen, Jerman barat. Seiring berjalannya waktu kini peran itu tinggal kenangan.

Kini di Panarukan waktu seakan berhenti. Begitu kaki menapak ruang-ruang di sana aroma masa lalu menyeruak. Mercusuar peninggalan Belanda dari tahun 1810 tegak membisu. Gudang-gudang tua tak terawat dan terbengkalai, menjadi arena bermain bola anak-anak. Dermaga tuanya yang menjorok sampai seratus meter ke tengah laut pun tak lagi ramai. Kini menjadi tempat membunuh waktu bagi penduduk setempat sambil menikmati keindahan panorama matahari tenggelam yang memang mengasyikan. Mungkin juga Meneer Daendels pernah melakukan hal yang sama, duduk di sana sambil menghirup kopi Jawa menikmati indahnya senja di Panarukan.

Di kejauhan nampak para buruh sedang membongkar muatan perahu tradisional yang membawa garam dari Madura. Dan hanya itulah kegiatan utama di pelabuhan Panarukan, perannya jauh menyurut, Cerita sedih bagi suatu tempat yang pernah berjaya.

Untungnya pelabuhan Panarukan masih memiliki panorama alam yang sangat indah di tengah menjalarnya kerusakan alam di negeri ini. Kalau tidak kisah tentang Panarukan hanyalah menyisakan cerita kekejaman Daendels serta kehidupan sengsara nelayan-nelayannya.


SITOEBONDOE 1947

SITOEBONDOE 1947.

LANDING PASIR POETIH, 1947.










SITOEBONDOE 1947.

LANDING PASIR POETIH, 1947.









Print