Berita Terbaru

Berita Terbaru

slide arek situbondo

Mesin Pencari

Rabu, 02 April 2008

Sekelumit Sejarah Pelabuhan Internasional Panarukan Situbondo Jawa Timur


Sekelumit Sejarah Pelabuhan Internasional Panarukan Situbondo Jawa Timur


Selain itu di pinggir pantai terdapat bangunan menara atau mercu suar yang berfungsi sebagai sinyal atau tanda pelayaran. Letaknya di tepi pantai kawasan pelabuhan. Mercu suar tua ini hingga sekarang masih ada, dibuat dari kontruksi besi. Adapun mercu suar itu adalah sebagai tanda kedudukan pelabuhan Panarukan. Tinggi menara ini sekitar 50 M, dengan lebar 8 M. Untuk menyinari menara tersebut pada jaman dahulu dipergunakan karbit namun sekarang menggunakan lampu listirk. Di sebelah kanan menara terdapat bekas bangunan kolonial yang berupa perkantoran dan menjadi gedung induk Maasctschappij Panaroekan yang terbuat dari batu bata. Menurut seorang informan dahulu bangunan ini sangat megah berlantai tiga, namun pada saat sekarang bangunan itu sudah tidak ada lagi. Di sebelah kanan dan kiri bangunan induk ini terdapat puluhan gudang tempat penimbunan barang hasil perkebunan sebelum dikirim ke luar negeri. Gudang-gudang ini terbuat dari bahan tembok. Pada bagian bawahnya tidak diberi lantai, namun hanya berlantai bambu. Ukuran gudang-gudang tersebut sangat luas mencapai ratusan meter persegi. Pada masa Belanda dibangun rel kereta api dari stasiun sampai pelabuhan, bahkan di sebelah kanan dermaga dulunya ada rel sampai ujung dermaga. Setelah pelabuhan Panarukan mengalami kemunduran, rel tersebut dicabut, bahkan sampai ke stasiun.

Di pelabuhan Panarukan juga dibangun beberapa galangan atau dok-dok terapung, yaitu tempat untuk memperbaiki kapal. Untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal merapat ke kade, yaitu suatu pelataran luas, lengkap dengan gudang, alat-alat derek, bahkan rel-rel untuk lori.

Pelabuhan Panarukan mempunyai beberapa gudang, dibagi menjadi dua jenis. Pertama, gudang lini 1 terdiri dari (1) Gudang A ; 1.105 m², (2) Gudang B ; 867 m²², (3) Gudang C : 2.494 m², (4) Gudang D : 2.098 m², (5) Gudang E ; 2.400 m², (6) Gudang F ; 400 m², (7) Gudang G ; 600 m², (8) Gudang I ; 2.700 m², (9) Gudang K ; 2.000 m², (10) Gudang L ; 450 m², (11) Gudang M ; 410 m², (12) Gudang N ; 2.200 m², (13) Gudang O ; 6.000 m² (Anonim, 1981: 50).

Di Panarukan telah dibangun Jalan Raya Pos (Groote Postweg) pada tahun 1808 oleh Gebernur Jenderal Herman Willem Daendels Jalan Raya Pos yang berawal dari Anyer dan berakhir di Panarukan. Pada awalnya dibuat dengan tujuan untuk memperlancar usaha militer Belanda dalam peperangan menaklukkan daerah Blambangan (Banyuwangi). Pada perkembangan selanjutnya jalan yang memanjang dari arah barat ke timur di pesisir utara sangat bermanfaat bagi kelancaran lalu lintas pos, ekonomi, dan transportasi.

Selain keberadaan jaringan jalan, keberadaan jalur kereta api di Panarukan turut memperlancar distribusi barang. Stasiun Kereta Api di Panarukan dibangun oleh Belanda sekitar tahun 1890-an. Bangunan ini pada saat sekarang masih utuh, tetapi pada tahun 2003 sudah tidak difungsikan lagi. Struktur bangunan Stasiun Kereta Api Panarukan terdiri atas tiga bagian pertama adalah tempat administrasi, bagian kedua merupakan ruang tunggu penumpang, sedangkan bagian ketiga merupakan tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api. Jalur kereta api ini merupakan alat transportasi penting bagi pelabuhan Panarukan untuk mengangkut tembakau dari Jember dan Bondowoso ke pelabuhan di Panarukan.

Pada masa pendudukan Kolonial Belanda, di wilayah Kabupaten Panarukan terdapat 12 buah pabrik gula, yaitu P. G De Maas, Assembagoes, Pandjie, Olean, Boedoean, Soekowidi, Prajekan, Tangarang, Bedadoeng, Semboro, dan Goenoeng Sarie. Pada saat ini, di wilayah Kabupaten Situbondo hanya terdapat enam pabrik gula, yaitu Pabrik Gula (P. G) De Maas, Assembagoes, Pandjie, Olean, Boedoean,.dan Wringin Anom, yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Situbondo. Dari keenam pabrik gula tersebut empat pabrik gula masih terlihat wujudnya dan masih berproduksi hingga saat ini pabrik gula (P. G) Assembagus, Olean, Pandjie, Wringin Anom, satu pabrik gula masih berdiri tetapi tidak berproduksi lagi adalah P. G Demaas, dan satu pabrik gula yang lain adalah P. G Boedoean sudah tidak tampak lagi keberadaannya. Keseluruhan pabrik-pabrik tersebut merupakan produsen gula terbesar di Jawa Timur.

Di Panarukan terdapat Benteng VOC yang berada di wilayah Dusun Kilensari Timur, Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan. Tinggalan arkeologis yang berupa bekas benteng ini berada di tepi barat Sungai Sampeyan, sekitar 500 m dari muara Sungai Sampeyan sehingga letaknya sangat strategis karena langsung berhadapan dengan laut Jawa. Selain itu benteng VOC ini juga melindungi pelabuhan Panarukan dari wilayah timur, yaitu dari wilayah sungai Sampeyan. Jarak dari pusat kota Situbondo ke lokasi benteng ini kurang lebih 8,5 Km ke arah barat. Untuk menuju lokasi benteng hanya bisa dijangkau dengan kendaraan sepeda motor. Saat ini lingkungan benteng berada di areal pemakaman penduduk dan lahan pertanian masyarakat.

Print